Berikut ini adalah beberapa adab-adab bagi guru dan murid yang diajarkan
oleh Islam dalam menempuh proses belajar mengajar. Maka apabila guru dan murid
menjaga adab-adabnya insya Allah akan tercipta suasana pendidikan yang penuh
berkah dan tersampaikannya ilmu yang bermanfaat.
1. ADAB-ADAB BAGI
GURU
Seorang guru muslim harus memperhatikan
adab-adab berikut, agar ia menjadi guru yang baik dan sukses. Yaitu:
1. Menentukan hari belajar, jika sudah
ditentukan dan guru tersebut sudah menyetujuinya, maka tidak layak baginya
terlambat, tidak menghadiri dan mengingkari janjinya kecuali dengan alasan yang
dibenarkan secara syara’ seperti sakit dan lain-lain.
2. Seorang guru harus rendah hati atau tawadu
kepada murid-muridnya dan menjaga kehormatan dirinya
3. Takut jika berkata tentang hukum Allah tanpa
didasarkan dengan ilmu, perbuatan
ini disejajarkan oleh Allah dengan kesyirikan.
4. Seorang guru harus mampu mengelompokkan siswanya
dan berusaha menyetarakan tingkat pemahaman mereka.
5. Mengakhirkan komentar kesimpulan pada akhir
pembelajaran.
6. Mengutamakan penjelasan tentang pelajaran
sebelum tambahan dan komentar
.
7. Jika
seorang guru belum sampai pada tingkat kemampuan menguatkan sebuah pendapat,
maka hendakalah dia tidak mentarjih suatu penadapat, akan tetapi dianjurkan
baginya untuk mengungkapkan pendapat ulama atau mengatakan bahwa fulan berfatwa
seperti ini.
8. Menjauhi
cara baca yang membosankan, oleh karena itulah para ulama sangat
mengutamakan pembaca yang pelan dan bersuara jelas.
9. Menyediakan
waktu istirahat saat pembelajaran.
11. Seorang guru harus bersikap mulia terhadap siswanya.
2. ADAB-ADAB MURID
DALAM MENUNTUT ILMU
1. Seorang yang akan menghadiri majlis ilmu
seyogyanya memperbaiki penampilannya dan persiapannya, bahkan orang
mengungkapkan: Seseorang harus memperhatikan dirinya dan memperindah penampilan
pribadinya di hadapan orang lain; dia harus mandi, menyisir rambut dan
jenggotnya, memperbaiki sorbannya dan pakainnya, memakai minyak wangi, bersiwak
dan memakai pakaian yang bersih serta hendaklah dia melihat dirinya pada sebuah
cermin sebelum berangkat menghadiri halaqah ilmu.
2. Berjalan dengan tenang dan mengucapkan salam
kepada orang yang ditemuinya.
3. Duduk dekat dengan syekh dan tidak menunjuk
dengan tangan saat berada di sisinya atau memberi isyarat dengan mata.
4. Tidak melangkahi
pundak orang lain,
akan tetapi duduk pada tempat dia berhenti melangkah menuju majlis kecuali jika
syekh mengizinkan dirinya untuk maju.
5. Tidak membangunkan orang yang sudah duduk di
tempatnya sendiri,
dan tidak pula duduk di tengah-tengah majlis, atau tidak duduk antara dua orang
teman kecuali dengan izinnya.
6. Mempergunakan ungkapan yang halus saat
berbicara,
dan hendaklah dia berakhlaq yang baik terhadap teman-teman dan shahabatnya di
dalam halaqah tersebut. Rasulullah solollohu’alaihi wasallam bersabda:
وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُـلُقٍ حَسَـنٍ
“Bergaulah dengan saudara-saudaramu
sesama manusia dengan akhlaq yang baik” . (HR.
At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).
7. Lebih diutamakan untuk mengadakan majlis ilmu
di masjid, namun jika tidak bisa diadakan di masjid, bisa diadakan di rumah.
8. Menjadikan kiblat sebagai patokan arah selama
memungkinkan dan hendaklah halaqah yang diadakan berbentuk melingkar; Oleh karena itulah
para ahli bahasa pada saat mendifinisikan tentang halaqah mereka mengatakan:
Perkumpulan sekelompok kaum dalam sebuah tempat secara melingkar.
9. Tidak mengapa bagi seorang guru untuk duduk di
tempat yang lebih tinggi pada saat banyak orang yang hadir.
10. Membuka pelajarannya dengan membaca dua
kalimah syahadah dan bacaan shalawat kepada Nabi solollohu’alaihi wasallam, diceritakan bahwa
sebagian tokoh ulama hadits membuka majlisnya dengan membaca sebuah surat dari
Al-Qur’an.
11. Berdo’a bagi syekhnya agar diberikan rahmat, menolak gibah pada
majlis yang terjadi pada gurunya sebatas kemampuan, namun jika tidak mampu maka
hendaklah dia meninggalkan majlis tersebut.
12. Hendaklah seorang syekh menerangkan makna kata
yang belum jelas dan asing saat melewati kata tersebut, dan bersikap diam
terhadap kata yang tidak dilewatinya, serta tidak menerangkan sesuatu yang
tidak mampu ditangkap oleh kemampuan orang awam.
13. Seorang
guru dituntut untuk tidak membosankan orang yang hadir di dalam
majlisnya dan tidak pula menghardik mereka, dan tidak mengapa jika dia menutup
majlis dengan cerita-cerita yang lucu dan aneh saat dia melihat murid-muridnya
mulai bosan, bahkan sebagian orang mengatakan: Cerita adalah tali-tali yang
bisa dipergunakan untuk memburu hati.
14. Tidak melupakan do’a kaffaratul majlis di
akhir pelajaran.
15. Meninggalkan debat, berbantah-bantahan dan
pembicaraan yang tidak bermanfaat saat berada di dalam halaqah.
16. Tidak bersikap sombong terhadap orang lain saat
berkumpulnya orang-orang miskin.
17. Mendengarkan hadits Nabi dengan tenang dan
khusyu’.
18. Seorang syekh harus tawadu atau berendah hati
dihadapan muridnya.
19. Sebagian orang salaf tidak suka jika
murid-muridnya mengejar syekh dan mencium kepalanya.
20. Memberikan motifasi keikhlasan kepada siswa
yang ada dalam halaqah ilmu.
21. Mendengar
dan tidak menyibukkan diri dengan sesuatu apapun saat pelajaran berlangsung.
22. Tidak
memutus pembicaraan syekh saat sedang menjelaskan.
23. Mengatur, menertibkan dan membagi jadwal
pelajaran berdasarkan hari-hari dalam satu minggu. Ibnu Mas’ud
radhiallahu anhu memberikan pelajaran haidits pada setiap hari kamis, Ibnu
Abbas memulai pelajarannya dengan tafsir, lalu hadits, kemudian fiqh, setelah
itu barulah sya’ir lalu.
24. Tidak
menjadikan orang yang lebih kecil sebagai pemimpin, dan dianjurkan mendorong
para siswa agar selalu ikhlash, diceritakan bahwa seseorang
berlomba-lomba dalam ilmu di dalam sebuah majlis ilmu, maka syekh berkomentar:
Jika hal tersebut dilakukan karena Allah maka jiwamu telah bersih, namun jika
karena selain Allah berarti engkau telah celaka.
25. Seorang guru harus mendorong siswanya untuk berbuat
baik saat pembelajaran berlangsung, Ibnu Mas’ud berkata: ((Aku bersaksi
kepada Allah, jangan sampai orang yang memutuskan silaturrahmi hadir bersama
kita, sebab kita ingin berdo’a dan ingin dikabulkan permohonan tersebut)).
Post a Comment